Sabtu, 27 April 2013

Bio Flora

A.Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata)
Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) tidak hanya bermanfaat sebagai penghias ruangan, tetapi sejak dulu dimanfaatkan sebagai bahan aneka guna mulai dari serat beragam tali, ditenun sebagai pakaian,bahan pembuat kertas hingga bahan campuran racikan racun. Penelitian terbaru bahkan mengungkapkan fungsinya sebagai antiseptik dan antikanker.

Sansevieria yang tergolong famili Agavaceae tercatat memiliki 140 spesies. Sebagian besar berasal dari Afrika, India dan Asia.
Menurut sejarah, Sansevieria ditanam diluar habitat aslinya oleh Caspar Commelin, pedagang sekaligus ahli botani asal belanda.
Sebagai tanaman koleksi,ia ditanam disuatu kebun. Lantaran bentuk uniknya yang berbentuk pedang, Caspar berinisiatif mempublikasikannya. Ia memperkenalkan Sansevieria untuk pertama kalinya di majalah Horti Medici Amstelodamensis Rariorum Plantarum (1701).

Carolus Linnaeus mengelompokkannya ke dalam genus Aloe pada 1753. Penggolongan itu tercantum dalam bukunya berjudul Species Plantarum. Sepuluh tahun kemudian, seorang botanis perancis Michel Adanson memasukkannya ke genus Cordyline.

Pada 178, penggolongan nama tumbuhan sukulen ini berubah lagi. Namanya berubah menjasi Sansevieria, diambil dari nama bangsawan italia bernama Raimond de Sansgrio de Sanseviero.

Sansevieria Sansevieria alias Si Lidah Mertua punya banyak kelebihan, seperti mampu bertahan hidup pada rentang waktu suhu dan cahaya yang sangat luas, sangat resisten terhadap polutan, dan mampu menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok.

Manfaat :
1.       Di dalam ruangan, sansevieria bisa menangani sick building syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat akibat tingginya konsentrasi gas korbondioksida, nikotin dari rokok, dan penggunaan AC. Satu tanaman sansevieria trifasciata lorentii dewasa berdaun 4/5 helai dapat menyegarkan kembali udara dalam ruangan seluas 20 m persegi.
2.       Jika ditempatkan di dalam kulkas dapat menghilangkan aroma tidak sedap. Dalam lingkungan industri potongan daun ini disebarkan di ruang-ruang produksi industri untuk mereduksi senyawa beracun yang terhirup oleh pekerja.
3.       Mereduksi radiasi gelombang elektromaknetik yang ditimbulkan oleh komputer dan televisi. Maka baik jika tanaman ini ditaruh di samping komputer atau televisi.
4.       Getahnya dapat digunakan sebagai obat antiseptik
5.       Akarnya dapat dimanfaatkan sebagai penyegar rambut/tonik dan obat wasir
6.       Daunnya bila dibakar dapat menyembuhkan sakit kepala,
7.       Juga bisa untuk merangsang pertumbuhan rambut




B. Buah Kepanyang (Pangium edule)

Buah kepayang, kita hanya kenal mabuk kepayang, tetapi tidak tahu kepayang itu apa, nah kepayang itu adalah buah, dari biji buah ini ada isi setelah melalui proses pengolahan, maka isi dalam biji buah ini bisa dimakan, hingga keenakan, sampai sampai lupa pekerjaan lain karena mabuk keenakan makan kepayang ini.Buah kepayang atau yang lebih sering di kenal dengan nama kluwek ini adalah buah yang sering di gunakan sebagai warna dalam masakan, contohnya adalah rawon.

Semua bagian tanaman kepayang—sebutan kluwek di masyarakat Melayu—itu beracun dan memabukkan. Istilah mabuk kepayang lahir dari tanaman yang tumbuh lurus itu. Dahulu masyarakat suku Dayak dan Banjar di Kalimantan kerap meremas-remas kulit kayu kepayang lalu menyebarkannya di sungai atau rawa sebagai racun. Dalam hitungan menit, ikan lemas sehingga mudah ditangkap. Remasan buah, daun, dan kulit batang juga menjadi pengawet ikan yang membentenginya dari gempuran mikroba perombak.

Riset Balai Penelitian Veteriner, Bogor, menyebut biji kluwak mengandung 1.000—2.000 ppm asam sianida tergantung kondisi biji. Biji yang keras mengandung 2.000 ppm, biji lunak 1000 ppm, dan biji berair 500 ppm. Yang disebut terakhir setara asam sianida pada daun kepayang. Asam sianida dalam jumlah kecil saja 2,5—5 ppm dapat mematikan hampir semua spesies hewan dalam beberapa menit pascakonsumsi. Sementara kadar piretrin pada kepayang mencapai 5,89%.

Pada rawon biji kluwak aman karena sebelumnya mengalami proses fermentasi alami.

Di kalimantan sendiri terutama di daerah Kalimantan Tengah, keluwek atau kepayang tersebut bisa di jadikan sayur sebagai teman makan. Buah kepayang atau keluwek terebut di gunakan untuk pewarna masakan rawon, butuh proses untuk menjadikan keluwek tersebut menjadi hitam, karena dari isi keluwek yang hitam itulah di gunakan utuk pewarna alami masakan rawon.

Keluwek harus diolah dan diproses dengan benar terlebih dahulu agar dapat dimakan atau di jadikan sayur, karena kalau tidak bisa mengolah buah tersebut dengan baik dan benar maka akan bisa menyebabkan keracunan kalau dimakan.

KANDUNGAN KIMIA PADA BIJI KLUWEK:
1.Vitamin C
2.Ion besi
3.Betakaroten
4.Asam sianida (sifatnya beracun, mudah menguap pada suhu 26 derajat Celcius, bila terhirup binatang ternak dapat mengakibatkan kematian, aman untuk pengawetan ikan).
5.Asam hidnokarpat.
6.Asam khaulmograt.
7.Tanin (sebagai pengawet ikan)

Pohon Kluwek rata-rata memiliki tinggi 40 meter dengan diameter batang 2,5 meter dan tumbuh liar di daerah yang memiliki permukaan tanah 1000m dpl (diatas permukaan laut), Uniknya, kluwek merupakan khas vegetasi dari Indonesia, jadi apabila di luar negeri Anda menemukan pohon kluwek, kemungkinan itu adalah tumbuhan ekspor dari negara kita.

MANFAAT POHON KLUWEK :
1.Kayunya digunakan untuk membuat batang korekapi.
2.Daunnya sebagai obat cacing.
3.Bijinya sebagai antiseptik.
4.Bijinya dihaluskan dapat menghilangkan kutu pada kerbau.
5.Biji keluwek dapat dibuat minyak sebagai pengganti minyak kelapa.


C. Genderuwo ("Genderuwo" untuk Biofuel)

Energi dari fosil semakin lama semakin habis. Hal ini mendorong sejumlah negara mencari sumber energi alternatif. Salah satunya biofuel alias bahan bakar nabati. Keunggulannya, bahan baku dapat diperbarui dan ramah lingkungan.

Beberapa tanaman dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar nabati, antara lain jarak pagar, ubi jalar, ubi kayu, tebu, kelapa sawit, kelapa, bunga matahari, kapuk randu, dan buah genderuwo. Buah genderuwo (Sterculia foetida Linn) dinilai paling pas karena tidak digunakan sebagai bahan pangan.

Tanaman genderuwo yang dikenal pula dengan nama pranajiwa, kepuh, kepoh, kalumpang, atau jangkang memiliki beberapa kelebihan. Bijinya mengandung minyak nabati asam lemak sterkulat (C19H34O2). Dari 100 gram biji genderuwo bisa diperoleh minyak 75 mililiter. Adapun jarak pagar hanya menghasilkan rendemen 35-40 persen. Asam sterkulat dapat digunakan sebagai ramuan kosmetik, sabun, sampo, pelembut kain, cat, plastik, serta zat adaptif biodiesel.

Satu buah genderuwo yang terdiri dari 1-5 bulatan (lokus) bisa menghasilkan 2-3 kilogram biji. Satu pohon genderuwo produktif bisa menghasilkan satu ton biji setiap panen. Minyak hasil pengepresan bisa langsung digunakan sebagai pelumas mesin yang melakukan pekerjaan ringan, seperti mesin pemeras air kelapa dan pemipil jagung.

Jika ingin digunakan sebagai pelumas mesin dua tak atau empat tak serta mesin industri, minyak perlu diolah lagi sehingga titik didihnya mencapai 120-140 derajat celsius.

Minyak ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti solar (biodiesel) dengan perbandingan 1:10. Misalnya, 100 ml minyak genderuwo ditambah 900 ml alkohol. Untuk itu, minyak harus dimurnikan agar titik didihnya mencapai 180 derajat celsius.

Berbeda dengan pohon jarak yang merupakan tanaman dua tahunan dan rakus unsur hara, pohon genderuwo merupakan tanaman tahunan dan efisien dalam penggunaan air. Perakaran pohon genderuwo sangat dalam dan membentuk mangkuk sehingga mampu menyimpan air dalam jumlah besar dan mengatur siklus hidrologi. Tanaman ini mampu tumbuh di tanah kering, bahkan menciptakan sumber air.

Pohon ini sekarang terbilang langka karena tidak diremajakan lagi meski kayunya bernilai ekonomi tinggi sebagai bahan bangunan, pembuat kapal, truk, dan bubur kertas.

Pohon ini banyak ditemukan di kompleks pekuburan sehingga disebut pohon genderuwo. Usia pohon bisa 300 tahun.

Masyarakat ada yang memanfaatkan kulit batang, daun, buah, dan biji sebagai campuran jamu karena berkhasiat menyembuhkan penyakit rematik, sebagai diuretik.

Pohon genderuwo mudah dibudidayakan melalui cara generatif dan vegetatif. Pohon ini mengeluarkan senyawa asam sterkulat yang mematikan pohon sejenis sehingga harus ditanam dalam jarak minimal 20 cm x 10 cm dari pohon lain.




 
D. Ubi pengganti nasi
 
Sebelum nasi menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia, terdapat beragam jenis makanan pokok yang biasa dikonsumsi tidak hanya beras, namun juga jagung, ubi jalar, singkong, ubi ungu, talas, kentang, dan sagu. Setiap daerah di Indonesia memiliki kondisi lahan yang berbeda-beda serta jenis hasil cocok tanam yang berbeda sehingga makanan pokok juga berbeda.

Seiring dengan berkembangnya Revolusi Hijau untuk menghasilkan produk pertanian, maka beras menjadi komoditas utama dan berbagai daerah di Indonesia mulai terbiasa memakan nasi. Data tahun 2010 menunjukan konsumsi beras Indonesia mencapai 100kg per kapita per tahun. Hal inilah yang membuat kita semakin tergantung pada beras. Ditambah dengan pertambahan penduduk dan dampak perubahan iklim yang menyebabkan hasil pertanian tidak dapat diperkirakan, hal ini dapat menyebabkan dampak kekurangan stok beras dan ketergantungan kepada beras semakin tinggi.

Dilihat dari sejarah masyarakat kita yang memang pada awalnya menggunakan beragam jenis sumber karbohidrat dari pangan selain beras, maka sudah saatnya kita beralih atau mengurangi ketergantungan memakan nasi. Bagi masyarakat perkotaan, umumnya makanan pengganti nasi yaitu roti atau mie. Sayangnya banyak yang tidak mengetahui bahwa bahan dasar membuat roti atau mie yaitu tepung dan tepung berasal dari gandum. Negara Indonesia sebagai negara tropis masih belum mampu untuk memproduksi gandum. Hingga saat ini masih dilakukan riset untuk menghasilkan gandum dari negara tropis. Jika kita mengurangi ketergantungan terhadap nasi dengan roti artinya kita masih memiliki ketergantungan terhadap sumber daya dari luar yang artinya kita harus impor dari negara lain.

Salah satu alternatif pengganti sumber karbohidrat selain nasi dapat dihasilkan oleh petani lokal yaitu ubi. Indonesia sebagai negara tropis memiliki banyak sekali jenis ubi-ubian yang bisa ditanam oleh petani lokal. Manfaat yang didapatkan dari menggunakan produk lokal yaitu selain harganya lebih murah, kita juga dapat meningkatkan kesejahterahan petani lokal.

Lantas bagaimana dengan kandungan gizi?

Terdapat beragam jenis ubi, dan masing-masing jenis tersebut memiliki citra rasa yang berbeda serta kandungan gizi yang berbeda pula.

Ubi jalar atau dikenal juga dengan ketela rambat diketahui kaya akan serat serta merupakan sumber vitamin A,C dan beberapa jenis antioksidan. Kandungan energi ubi jalar setiap 100 gram yaitu 123 kkal dengan protein 1,8 g, karbohidart 27,9 g, lemak 0,7 g, kalsium 30mg, dan zat besi 1 mg. Ubi jalar juga dikenal dengan nama ‘sweet potato” dikarenakan rasa manis yang dihasilkan. Nilai kalori pada ubi jalar sama dengan nilai kalori kentang namun memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi. Kandungan vitamin ubi jalar berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Beberapa bagian lainnya dari ubi jalar seperti daun diketahui dapat meningkatkan jumlah trombosit darah.

Ubi kayu atau singkong merupakan jenis ubi yang berbatang lunak dan mudah patah. Berbeda dengan jenis ubi lainnya, singkong memiliki nama yang lebih populer dikarenakan beragam jenis panganan dari singkong dengan mudah ditemukan di masyarakat. Selain dimakan dengan direbus saja, singkong juga dapat diolah menjadi makanan ringan seperti kripik atau panganan lainnya. kandungan gizi dari singkong yaitu setiap 100 gram mengandung 146 kkal dengan protein 1,2 g, lemak 0,3. karbohidrat 34.7 g. Singkong juga mengandung beberapa vitamin seperti vitamin C, B. Bagian dari singkong yang bisa dimakan yaitu umbi dan daunnya. Daun singkong juga dapat digunakan sebagai obat untuk rematik, sakit kepala, serta menambah nafsu makan.

Ubi ungu merupakan salah satu jenis ubi yang memiliki kandungan antioksidan paling lengkap. Selain vitamin A,C, dan E, ubi ungu memiliki kandungan betakaroten. Dalam setiap 100 gram mengandung 123 kkal dengan karbohidrat 27,9 g, protein 1,8 g, lemak 0,7 g. Citra rasa dari ubi ungu hampir mirip dengan ubi jalar namun perbedaan pada warnanya. Warna ungu pada ubi ungu menunjukan kandungan karotenoid yang tinggi. Fungsi karotenoid yaitu sebagai pabrik antioksidan yang mampu mencegah terjadinya laju kerusakan sel oleh radikal bebas. Kombinasi kandungan betakaroten dan vitamin E dapat bekerja sama mencegah stroke, serangan jantung koroner, dan kanker.

Banyak manfaat yang didapatkan dari mengkonsumsi ubi. Jika dilihat dari kandungan gizinya, ubi memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan nasi. Satu hal yang menjadi nilai lebih dari ubi yaitu ubi dapat diproduksi di negeri kita, serta dapat meningkatkan taraf hidup petani lokal. Yang lebih penting lagi dapat mengurangi carbon footprint dalam konsumsi makanan anda. Menggunakan makanan lokal bisa mengurangi konsumsi bahan bakar yang digunakan untuk transportasi sehingga emisi karbon juga dapat dikurangi.
 

0 komentar:

Posting Komentar