skip to main |
skip to sidebar
Peningkatan jumlah penduduk dunia mau tidak
mau menyebabkan kebutuhan pangan global semakin meningkat. Tantangan
untuk memenuhi kebutuhan pangan meliputi permintaan pangan yang lebih
sehat, lebih aman, lebih berkualitas, dan dapat berkelanjutan.
Isu kesejahterahan hewan, pertanian berkelanjutan, serta meningkatkanya
resiko emerging dan re-emerging disease menyebabkan peneliti belkerja
keras untuk menemukan sumber alternatif protein yang cukup mudah.
meiliki nilai protein tinggi, dan ramah lingkungan.
Salah satu
alternatif pangan kaya protein yaitu serangga. Beberapa negara bahkan
daerah-daerah tertentu di Indonesia, serangga menjadi bahan pangan yang
memiliki banyak penggemar. Australia dan Amerika selatan menjadikan
rayap sebagai camilan. Cina dan jepang menjadikan jangkrik sebagai
camilan protein tinggi. Kepompong ulat sutra yang telah diambil
benangnya juga dikonsumsi di Korea dan Vietnam. Lantas bagaimana dengan
Indonesia? Di derah gunung kidul Yogyakarta, banyak ditemukan belalang
goreng. Bu Sri dati Riau juga menggunakan jangkrik sebagai bahan dasar
penganan sank seperti remp[eyek, biskuit dan serundeng yang diekspor ke
Korea Selatan, Taiwan, dan singapura.
Ada lebih dari 1000
spesies serangga yang dapat dimakan oelh manusia. Beberapa diantaranya
diyakini bergizi tinggi dan dapat dijadikan alternatif sumber protein.
Belalang segar memiliki kandungan protein sebesar 26,8%, protein
jangkrik 13,7% dan rayap 20,4%. Bandingkan dengan protein udang 21%,
daging sapi 18,8%,dan daging ayam 18,2%. Selaijn protein, serangga
tersebut juga mengandung lemak, air, karbohidrat, dan serat.
Meihat potensi yang ada, Uni Eropa juga sedang melakukan riset terhadap
serangga sebagai alternatif sumber protein. Berbeda dengan di Indonesia,
Uni Eropa akan mencoba mengenalkan serangga sebagai bahan pangan aditif
dalam burger fast food. Untuk Indonesia, sampai sata ini kebutuhan
untuk pangan serangga masih didapatkan dengan cara mengambil di alam.
Jika permintaan semakin meningkat, tidak emnutup kemungkinan untuk
melakukan peternakan serangga. Tentunya peternakan serangga tidak
memerlukan banyak ruang, dapat dibudidayakan di ruangan tertutup dengan
penerangan alami. Para peneliti juga menyakini bahwa budidaya serangga
tidak membutuhkan biaya besar serta dampak negatif bagi lingkungan.
Ganbatte kudasai! :D
0 komentar:
Posting Komentar