Wasabi adalah tanaman asli Jepang dari suku kubis-kubisan (Brassicaceae). Parutan rimpang (rizoma) yang juga disebut wasabi, dimakan sebagai penyedap masakan Jepang, seperti sashimi, sushi, soba, dan ochazuke. Daun, tangkai, dan rizoma memiliki aroma harum, sekaligus rasa tajam menyengat hingga ke hidung seperti mustar, tapi bukan pedas di lidah seperti cabai.
Unsur kimia yang menjadikan wasabi memiliki rasa menyengat (pedas) adalah isotiosianat (6-methylthiohexyl isothiocyanate, 7-methylthioheptyl isothiocyanate, dan 8-methylthiooctyl isothiocyanate). Senyawa ini bersifat antimikroba yang menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga irisan ikan segar selalu dimakan bersama wasabi.
Di alam bebas, tanaman hanya tumbuh liar daerah beriklim sejuk, di lembah pinggiran sungai atau di tengah air bersih yang mengalir perlahan-lahan. Di Jepang, wasabi tumbuh liar di sepanjang aliran sungai yang bersih dan sejuk (10-17℃) di daerah pegunungan pulau Honshu, Kyushu, dan Shikoku.
Tanaman herba tahunan, seluruh bagian tanaman memiliki aroma harum sekaligus rasa pedas menyengat bila dimakan. Rizoma berwarna hijau terang, berbentuk bulat panjang dan mengecil di bagian bawah. Daun keluar langsung dari bagian rizoma, tangkai agak panjang dan tumbuh ke atas dengan daun yang melebar. Daun berbentuk seperti jantung, diameter sekitar 10 cm. Di musim semi, dari rizoma keluar tangkai untuk bunga, letak daun bersilangan, dan ukuran daun lebih kecil dari daun yang keluar langsung dari rizoma. Bunga keluar di ujung tangkai, mekar di akhir bulan Februari-Maret, berwarna putih, daun mahkota 4 helai, dan mekar tidak secara berturut-turut.
Budidaya wasabi dimulai sekitar tahun 1596-1615 di hulu Sungai Abe, Utōgi, Prefektur Shizuoka. Pada waktu itu, penduduk desa Utōgi mencabut wasabi yang tumbuh liar dan memindahkannya ke lahan di sekitar mata air yang terletak di Idōgashira. Budidaya wasabi di Idōgashira menjadi usaha budidaya wasabi yang pertama di Jepang. Hasilnya dipersembahkan kepada Tokugawa Ieyasu yang tinggal di Istana Sumpu. Menurut cerita, Ieyasu sangat menyukai rasa wasabi hadiah penduduk desa, dan begitu gembira dengan bentuk daun wasabi yang mirip lambang keluarga klan Tokugawa. Menurut cerita lain, penyebaran wasabi ke seluruh Jepang dimulai di pertengahan zaman Edo dari bibit tanaman wasabi yang diterima Itagaki Kanshirō setelah mengajarkan budidaya shiitake kepada penduduk Utōgi.
Berdasarkan tempat penanaman, wasabi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, wasabi air (sawa wasabi) yang ditanam di anak sungai (bahasa Jepang: sawa), dan wasabi ladang (hatake wasabi) yang ditanam di ladang. Wasabi ladang bisa dipanen setelah berumur 18 bulan. Daun, tangkai, dan rizoma wasabi ladang dicampur dengan ampas beras hasil perasan sake. Hasilnya makanan olahan yang disebut wasabizuke untuk teman makan nasi, rasanya asin, manis, dan pedas menyengat. Wasabi air ditanam untuk diambil bagian rizoma yang dimakan mentah setelah diparut. Budidaya kecil-kecilan wasabi di saluran air dan anak sungai sering dijumpai di kawasan pegunungan di Jepang. Wasabi air perlu air yang bersih dan sejuk di tanah berpasir yang kaya hara. Dalam kondisi penanaman yang ideal, pupuk seperti pupuk kandang tidak diperlukan karena air menjadi kotor.
Wasabi air hasil budidaya memiliki rizoma yang lebih besar dibandingkan wasabi ladang atau wasabi liar. Rizoma mengeluarkan Allyl isothiocyanate yang bersifat antimikroba, sehingga tanah di sekitarnya bebas mikroba. Tanaman tidak bisa menjadi besar karena di tanah sekeliling tempat tumbuhnya tidak terdapat mikroba yang dapat menyuburkan tanah. Selain itu, wasabi perlu tumbuh di aliran air yang bersih dan bening supaya Allyl isothiocyanate ikut terbawa bersama air, dan tanaman tidak ikut teracuni. Rizoma wasabi air bisa menjadi besar bila semua kondisi terpenuhi.
Panen wasabi tidak mengenal musim dan bisa dipanen kapan saja. Tanaman siap panen setelah 3-4 tahun, dan akar yang dapat dipanen sedikit, sehingga wasabi terutama wasabi segar berharga mahal. Hanya ada sedikit tempat yang cocok dijadikan sentra produksi di Jepang:
* Semenanjung Izu (Prefektur Shizuoka)
* Prefektur Nagano
* Prefektur Shimane
* Prefektur Yamanashi
* Prefektur Iwate.
Produksi dalam negeri tidak pernah mencukupi dan wasabi berharga mahal, sehingga Jepang perlu mengimpor sejumlah besar wasabi dari daratan Tiongkok, Taiwan, dan Selandia Baru.
Selain wasabi segar, dipasaran tersedia bubuk wasabi dalam bubuk wasabi kemasan kaleng, dan wasabi kemasan tube. Di Jepang, daun dan bunga wasabi digoreng sebagai tempura, dan wasabi digunakan sebagai perasa untuk berbagai produk makanan ringan hingga es krim.
Rozima wasabi diparut dengan alat parut dari logam (oroshigane). Walaupun demikian, sebagian kecil orang berpendapat aroma wasabi tidak hilang dan terasa lebih enak bila diparut dengan alat parut tradisional dari kulit ikan hiu. Wasabi hanya diparut seperlunya saja sebelum dimakan, karena aroma wasabi hilang di udara terbuka. Rasa pedas hingga keluar air mata merupakan kenikmatan tersendiri bagi penikmat wasabi. Anak-anak yang belum terbiasa, biasanya memakan sushi yang tidak diberi wasabi (bahasa Jepang: sabinuki).
Rizoma wasabi berharga mahal dan metode pengawetannya sulit, sehingga bubuk wasabi dan pasta wasabi dalam tube digunakan sebagai pengganti. Bubuk wasabi dan wasabi dalam tube sering dibuat dari bahan pengganti berupa lobak, dicampur rizoma Armoracia rusticana (bahasa Inggris: horseradish), dan bahan pewarna makanan. Bubuk wasabi kemasan kaleng dicampur dengan air untuk menghasilkan pasta wasabi yang siap santap.
Komposisi bubuk wasabi dan wasabi tube bergantung kepada merek dan produsen. Bila produk mengandung kadar wasabi asli lebih dari 50%, maka di kemasannya ditulis, Hon Wasabi (wasabi asli) atau Hon wasabi shiyō. Definisi "wasabi asli" bisa berarti bagian rizoma atau bagian lain dari tumbuhan (daun dan tangkai). Bila pasta wasabi mengandung kurang wasabi kurang dari 50%, maka pada kemasan ditulis sebagai Hon wasabi iri (Mengandung wasabi asli).
tips makan sushi 1. Makan sushi pertama rasanya nggak enak. Sumpah bikin muntah!
2. Makan kedua uenak buanget!
3. Sushi biasanya dimakan dengan shoyu, semacam kecap asin jepang. Celupkan sedikit saja.
4. Ada tiga jenis sushi:
* Makisushi, sushi yang digulung dengan nori, rumput laut kering
* Temaki sushi, sushi yang digulung seperti kerucut
* Nigirisushi—atau sushi saja—kepalan nasi dikasih daging atasnya.
5. Jika belum pernah makan sushi, disarankan memesan makisushi saja. Pilih salmon maki atau california roll (isi kepiting, apokat, timun, dan mayonnaise). Salmon maki cocok untuk menikmati rasa salmon segar, sementara California Roll teksturnya segar dan crunchy, dijamin tidak terasa asing di mulut. Untuk selanjutnya bisa mencoba Tuna, Udang, atau Unagi—semacam belut bakar ala Jepang. Rasanya Jepang banget. Makisushi dimakan dengan sumpit.
6. Nigiri sushi adalah sushi advanced. Rasanya lebih murni, karena dagingnya lebih banyak. Sushi ini dimakan pake tangan.
7. Sashimi adalah sushi tanpa nasi, alias ikan murni. Salmon sashimi paling top, rasanya segar, creamy, dan seperti lumat sendiri di mulut. Tidak semua warung sashimi menyediakan salmon yang segar dan bermutu tinggi. Hati-hati.
8. Warung sushi pasti menyediakan dua pembersih mulut, yaitu acar jahe dan wasabi. Ini dimakan sebelum menyantap sushi, supaya mulut benar-benar bersih dan bisa merasakan semua citarasa dengan maksimal. Saya nggak suka acar jahe pink, tapi wasabi is a must.
9. Wasabi rasanya pedas. Ambil seujung jari saja, letakkan di ujung lidah, lalu gosokkan ke langit mulut. Hidung Anda rasanya akan seperti lokomotif. Tapi abis itu seger banget. Persis kayak abis kumur pake Listerine.
10. Ocha, atau teh hijau Jepang adalah minuman pendamping makan sushi yang tepat. Dingin atau hangat, ocha menambah citarasa "bersih" setelah makan sushi.
Bagaimana cara mengetahui sushi yang kita makan segar dan tidak bikin sakit perut?
Coba perhatikan tekstur dan warna dagingnya. Daging ikan yang segar pasti berwarna cerah dan mengkilat. Salmon yang segar berwarna orange cerah, sementara tuna segar berwarna pink. Perhatikan bagaimana cahaya menebus ikan segar. Jika daging ikan terlihat kusam seperti air keruh, kemungkinan besar itu adalah daging lama. Sementara kalau cahaya memendar dengan cantik, pasti segar dan siap disantap.